Senin, 13 April 2009

BENARKAH GURU ADALAH SOSOK YANG SUSAH BERUBAH?

Salah satu ciri utama kehidupan pada masa sekarang dan masa mendatang adalah terjadinya perubahan yang sangat cepat dalam lingkungan kehidupan manusia.(Djamaludin Ancok:2001).
Pertanyaaan yang tertulis dalam judul di atas pernah penulis dengar pada suatu seminar pendidikan matematika dengan tema mencari metode yang tepat dalam mengajar matematika yang dilaksanakan di UIN Bandung tahun 2006.
Seiiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, membawa perubahan yang sangat besar terhadap semua aspek, termasuk dunia pendidikan. Pada zaman sekarang guru dituntut untuk melakukan perubahan dalam cara menyampaikan materi kepada anak dengan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan perkembangan zaman. Guru boleh menggunakan metode sendiri untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam usaha meningkatkan keberhasilan pendidikan, atau dengan menggunakan metode yang ditemukan oleh para ahli yang sudah diteliti berdasarkan metode penelitian ilmiah.
Perubahan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah merupakan tuntutan kepada guru untuk lebih menyesuaikan metode mengajar anak dengan lebih tepat. Pada kurikulum KTSP (Kurukulum Tingkat Satuan Pelajaran), guru dituntut melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode yang tepat sesuai dengan kondisi anak didiknya, dan lebih meningkatkan peranan siswa dalam menggali sumber ilmu. Kondisi ini menuntut guru untuk melakukan perubahan metode dalam mengajar, guru harus bisa memilih metode yang tepat untuk menyampaikan materi pelajaran. Selama ini sebagian besar guru hanya melakukan pembelajaran hanya menggunakan metode konvensional seperti ceramah atau ekspositori, padahal dengan metode konvensional ini keterlibatan siswa dalam menggali sumber ilmu sangat kurang, mereka hanya mengandalkan apa yang mereka terima dari guru dan tidak berusaha sendiri untuk mendapatkan ilmu yang mereka gali dari sumbernya selain dari gurunya.
Kendala yang terjadi saat ini adalah banyak guru yang belum mengetahui berbagai macam metode-metode pembelajaran kontemporer yang berkembang, bahkan sebagian dari mereka mungkin malas untuk menggali kembali ilmu pendidikan karena mereka beralasan dengan metode konvensional pun mereka tetap bisa mengajar. Bahkan walaupun pemerintah sudah mengubah kebijakan dengan mengganti kurikulum pendidikan dengan yang terbaru (KTSP), masih banyak yang tidak mengerti apa itu kurikulum KTSP. Hal ini mungkin terjadi karena sosialisasi yang disampaikan oleh pemerintah tidak sampai kepada guru, apalagi guru yang ada di daerah. Pelatiahan-pelatihan yang dilakukan pemerintah pun tidak semua guru dapat mengikutinya. Mungkin inilah yang menyebabkan terlontarnya pernyataan bahwa guru adalah sosok yang susah untuk berubah.
Kendala lain yang mungkin menghambat aktualisasi cara pembelajaran yang seharusnya disesuikan dengan perkembangan zaman adalah karena serba terbatasnya fasilitas atau sumber ilmu yang dimiliki oleh lembaga pendidikan, seperti buku-buku pelajaran, alat peraga dan sarana prasarana yang lainnya. Hal ini juga yang menjadi alasan kenapa para guru merasa kesulitan untuk mengubah metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Sudah seharusnya untuk saat ini guru mulai memikirkan perubahan atau cara terbaik dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik, sebab saat ini masalah yang dihadapi semakin komplek dan tidak bisa dibendung akibat arus informasi dan komunikasi yang semakin canggih. Godaan demi godaan yang dating kepada anak didik yang diakibatkan dari sampainya informasi kepada mereka lewat teknologi yang di milikinya, kadang-kadang akan mengalahkan ajakan atau perintah dari seorang guru kepada anak didik. Hal ini tentu sangat penting utuk disikapi karena akan mengalahkan kewibaan guru dihadapan anak didiknya, sehingga proses penyampaian materi pembelajaran kepada anak didik menjadi terhambat.
Anak didik akan cenderung mengikuti hal-hal yang mereka temukan sendiri, misalnya dari hasil tontonan yang ada di televisi (sinetron) yang belum tentu benar dan sesuai dengan norma, bahkan lebih menonjolkan sikap-sikap materialism yang justru bukan membantu anak untuk lebih meningkatkan semangat belajar tapi malah sebaliknya. Mereka hanya memperhatikan penampilan yang kadang-kadang akan menyedot perhatiannya ketimbang mereka harus memperhatikan pelajaran yang akan mereka terima.
Guru sebaiknya harus bisa mengarahkan agar anak didik memiliki kesadaran untuk bisa menjalankan fungsinya dengan baik dan benar. Sebab apapun yang mereka lakukan, kalau dilandasi dengan kesadaran mereka untuk melakukannya, maka mereka akan dengan sukarela menjalankan semuanya termasuk kesadaran mereka sebagai anak didik yang seharusnya hanya bertugas untuk belajar.

BISAKAH BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) MEMBANTU SEKOLAH DALAM MENYEDIAKAN KEBUTUHAN BUKU PELAJARAN?

Salah satu upaya untuk melengkapi sumber belajar yang relevan dan bermakna guna meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP), Direktorat Pembinaan SMP mengembangkan buku pelajaran untuk siswa kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX. Buku pelajaran ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan berdasarkan kriteria buku pelajaran yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan. (Direktur Pembinaan SMP)
Buku pelajaran sekolah merupakan salah satu elemen penunjang keberhasilan pendidikan. Namun harga buku pelajaran yang beredar di pasaran dirasakan sangat mahal dan susah dijangkau oleh beberapa kalangan, sehingga mereka pun enggan untuk berusaha untuk bisa memiliki buku-buku pelajaran tersebut, walaupun buku tersebut sangat penting.
Perubahan kurikulum yang sekarang dilaksanakan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang menekankan partisipasi anak dalam pembelajaran menjadi nomor satu. Sehingga mereka dituntut untuk menggali sumber ilmu sebanyak-banyaknya secara mandiri, sedangkan guru hanya mengarahkan dan membimbing siswa untuk menggali sumber ilmu tersebut. Permasalahannya adalah kalau buku pelajaran tidak ada, padahal buku merupakan salah satu sumber pembelajaran, bagaimana siswa akan menggali sumber ilmu tersebut? Ketiadaan buku sebagai salah satu sumber pembelajaran, akan menimbulkan masalah baru dalam dunia pendidikan yang sudah menunutut guru dan siswa untuk mengubah cara pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) sesuai tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sehingga cara-cara konvensional akan tetap dilakukan karena cara ini adalah cara yang paling mudah, akibatnya kemajuan keberhasilan pendidikan di Negara ini kembali menjadi lamban.
Saat ini sudah ada upaya dari pemerintah untuk memberikan buku-buku pelajaran ke sekolah-sekolah secara gratis, dan hal ini memang membantu sekolah untuk menyedikan buku pelajaran bagi siswa didik. Namun hal ini belum optimal, karena ketidaksesuaian antara buku bantuan dari pemerintah dengan jumlah siswa yang ada, sehingga kadang-kadang siswa harus rebutan atau bergantian untuk dapat menggunakan buku pelajaran tersebut. Atau bahkan buku tersebut tidak bisa kembali dipakai, karena struktur materi yang ada dalam buku-buku tersebut tidak sesuai dengan kurikulum yang sedang berlaku.
Selanjutnya ada lagi program Bantuan Operasional Sekolah untuk buku (BOS Buku). Hal ini pun memang sangat membantu, tetapi permasalahannya adalah hampir sama dengan yang pertama, yaitu ketidaksesuaian antara anggaran yang diberikan pemerintah dengan kebutuhan buku-buku pelajaran untuk setiap siswa, sehingga tidak semua buku pelajaran dapat disedikan oleh sekolah, hal ini membuat sekolah membuat skala prioritas untuk menyediakan buku pelajaran hanya untuk buku-buku pelajaran yang akan di Ujian Nasionalkan. Hal ini tentu kurang efektif karena pelajaran yang harus diikuti oleh siswa di sekolah tidak hanya mata pelajaran yang akan di Ujian Nasionalkan saja.
Program terbaru yang digulirkan oleh pemerintah untuk buku bantuan kepada sekolah adalah dengan membeli hak cipta beberapa buah buku pelajaran sekolah yang dikenal dengan Buku Sekolah Elektronik (BSE). Apakah program ini juga efektif? Untuk beberapa sekolah mungkin ini efektif, namun untuk sekolah yang lain belum tentu. Hal ini berkaitan dengan permasalahan siswa, guru atau sekolah untuk bisa mengakses buku tersebut. Buku Sekolah Elektronik (BSE) yang harus diakses melalui internet menjadi suatu permasalahan yang masih besar untuk sekolah, terutama sekolah-sekolah yang ada di daerah, yang belum memiliki atau belum bisa mengakses internet. Penguasaan komputer yang masih minim dari seluruh civitas sekolah menjadi kendala besar bagi sebagaian sekolah, apalagi penguasaan internet yang memerlukan alat pendukung yang lain agar bisa mengaksesnya. Untuk sekolah-sekolah yang terletak di pedalaman atau daerah terpencil, mungkin hanya mimpi bisa mengakses internet, karena daerah mereka belum terjangkau oleh kemajuan teknologi tingkat tinggi yang bisa membantu mereka mengakses internet. Kalau pun ada sekolah yang sudah bisa dan memiliki akses internet, sekolah pun harus mengeluarkan biaya yang sangat besar untuk membayar jasa akses internet.
Biaya akses internet yang masih dirasa sulit dan mahal, tidak cukup bagi permasalah sekolah untuk bisa mengakses Buku Sekolah Elektronik (BSE). Kalaupun BSE ini sudah bisa di download, biaya untuk mencetak buku pun masih sangat mahal. Peralatan yang harus disediakan oleh siswa, guru atau sekolah harus dibeli dengan harga mahal, jadi kalau dihitung-hitung untuk mencetak satu buah buku pelajaran, ini akan melebihi harga beli dari sebuah buku yang di jual dipasaran.
Walaupun pemerintah memperbolehkan pengguna untuk mendownload, dan/atau mencetak file BSE serta menggandakan, memperdagangkan dengan ketentuan yang sudah ditetapkan, namun hal ini masih memerlukan biaya yang mahal, apalagi kalau buku ini digandakan dengan cara di fotocopy, ini akan melebihi harga jual sebuah buku pelajaran yang sama yang beredar di pasaran.
Jadi mungkinkah BSE ini bisa membantu siswa, guru atau sekolah untuk memenuhi kebutuhan penyediaan buku yang sangat diperlukan? Pemerintah mungkin harus mengkaji ulang agar pemanfaatan program ini bisa optimal. Salah satu cara adalah dengan memberikan seluruh fasilitas pendukung dan pelatihan kepada seluruh civitas akademik sekolah agar mulai terbisaa menggunakan internet, terutama untuk daerah-daerah yang terisolasi dari teknologi tingkat tinggi sebagai alat untuk bisa mengakses internet.
Penguasan dan pemanfaatan teknologi tingkat tinggi inilah yang sebenarnya sekarang ini diperlukan oleh seluruh civitas kademik sekolah. Sebab program BSE ini akan menjadi tidak merata pemanfaatannya kalau hanya sebagaian saja yang bisa memanfaatkan, dan mungkin program ini menjadi tidak berarti bagi sebagaian besar sekolah, terutama bagi sekolah-sekolah yang berada di daerah yang terpencil. Jadi upaya pemerataan keberhasilan pendidikan di negara tercinta ini tidak akan tercapai kalau hanya sebagaian saja yang dapat menikmati fasilitas yang digulirkan melalui program pemerintah, hal ini tentu akan mengganggu ketercapaian pembangunan nasional sesuai yang diamanatkan oleh undang-undang.


Ditulis oleh Agus Nana Nuryana, S.Pd. (Pengajar Mata Pelajaran Matematika di MTs Negeri Karangnunggal Kab. Tasikmalaya).

PENDIDIKAN YANG BERBASISKAN SURI TAULADAN

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Petikan ayat al-Quran surat Al-Ahzab ayat 21 di atas sangatlah pantas kalau kita pelajari dan pahami maknanya secara mendalam. Sebagai umat Islam kita pasti tahu bagaimana Rosullulah Muhammad saw. berjuang dalam menyebarkan agama Allah swt. dengan mermodalkan suri tauladan yang selalu dia tonjolkan dalam gerakan dakwahnya. Kita bisa melihat dan tidak meragukan lagi bagaimana hasil dari perjuangan Rosulullah saw. tersebut, kesuksesan yang didapatkannya sebagaian besar adalah bermodalkan suri tauladan yang dia perlihatkan kepada umatnya sebagai perwujudan atau aplikasi dari ajaran yang dia sampaikan. Sungguh proses penyampaian ilmu atau proses pendidikan yang dilakukan oleh Rosulullah saw. tersebut patut kita contoh dan pelajari, karena hal itu telah mendulang kesuksesan yang sangat besar dan berpengaruh dalam peradaban dunia.
Kalau kita telaah keberhasilan pendidikan di negara tercinta ini sungguh masih banyak sekali ketertinggalannya dibandingkan dengan negara lain. Kenapa hal ini terjadi? Keterpurukan pendidikan di negara tercinta ini, mungkin dia akibatkan oleh kurangnya berbagai factor pendukung yang di butuhkan dalam setiap pelaksanaan proses pendidikan, tetapi kalau kita hanya hanya menunggu ketersediaan semua kelengkapan pendidikan tersebut, kita tidak tahu kapan hal itu akan tercapai secara penuh, dan kalau tidak ada kreatifitas dari pelaksana pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan ini, boleh jadi pendidikan di negara tercinta kita ini akan semakin tertinggal dan akhirnya kita hanya bisa mengelus dada melihat keberhasilan yang dicapai oleh negara lain tanpa ada sesuatu yang bisa kita lakukan.
Bentuk kreatifitas yang patut di contoh oleh kita khususnya para guru sebagai salah satu pelaksana pendidikan yang secara langsung berhubungan dengan anak didik di sekolah adalah suatu cara yang dilakukan oleh Rosulullah saw. yaitu sifat suri tauladan yang di tonjolkan dalam proses penyampaian ilmu/mendidik. Sering kita (guru) berkata anak didik kita sulit dalam menerima pelajaran karena mereka belajarnya tidak sungguh-sungguh atau malas, padahal kalau kita telaah dan berintropeksi diri kita (guru) sebenarnya mungkin kita juga ikut-ikutan malas atau bahkan tidak ada semangat untuk mengajar dan mendidik anak-anak didik kita.
Salah satu bentuk usaha yang harus dilakukan oleh seorang guru agar anak didik mendapatkan kebermaknaan dalam belajar adalah dengan memberikan teladan yang baik bagi anak didik, sebab seorang anak didik akan merasa bahwa dia harus menghasilkan sesuatu dari sekolah karena mereka semangat dalam usaha mendapatkan ilmu dari hasil penglihatan yang dicontohkan oleh gurunya. Misalnya kalau seorang guru menyuruh kepada anak didiknya agar rajin membaca, maka seorang pendidik harus juga rajin membaca, jangan hanya rajin menyuruh anak didik saja. Atau salah satu contoh yang sangat ironis bagi seorang pendidik adalah ketika seorang pendidik menyuruh agar anak didiknya tidak merokok padahal dia sendiri seorang pecandu atau bahkan ketika ia melarang anak didiknya sambil dia asik menghisap rokok. Hal seperti ini akan menghilangkan kepercayaan seorang anak didik kepada pendidiknya, sehingga menyebabkan anak menjadi malas untuk menjalankan perintah atau saran (nasehat) yang dilontarkan oleh seorang pendidik. Kalau hal ini terjadi posisi seorang guru yang harusnya digugu dan ditiru oleh siswanya tidak akan lagi terjadi yang dalam jangka panjang tidak akan bisa mendukung untuk ketercapaian dari tujuan pendidikan secara umum maupun secara khusus.
Paparan diatas dengan memberikan salah satu contoh yang sangat sederhana mungkin harus kita jadikan item dalam penelitian dalam kegiatan pendidikan, sebab mungkin kenapa keberhasilan pendidikan di negara tercinta ini sangat jauh dari harapan penyebabnya adalah karena hilangnya fungsi guru yang seharusnya menjadi panutan tapi sebaliknya malah menjadi cemoohan siswa (dalam tanda kutif). Seorang pendidik (guru) tidak bisa menutup mata tentang hal ini sebab mereka sangat tahu persis kondisi yang ada di lapangan.
Dengan berbagai dalih sering terjadi seorang pendidik mengelak dan menolak ketidakberhasilan pendidikan berkaitan dengan peranan yang kurang optimal dari guru, alasan kekurangan kesejahtraan, ketidaktersediaan sarana dan prasaran yang mencukupi dan berbagai alasan lainnya seringkali terdengar dari mereka. Memang berbagai alasan yang dilontarkan sesuai dengan keadaan namun dengan keikhlasan dan kesadaran dan sambil terus berusaha yang ditunjang dengan kreatifitas dengan cara memanfaatkan kondisi, peralatan dan hal-hal lain yang ada di sekitar kita, mungkin kita bisa lebih banyak memberikan hal yang bermakna bagi anak didik kita secara khusus dan kepada negara tercinta secara umum, hal seperti inipun dicontohkan oleh nabi Muhamad saw dalam menjalankan misi dakwahnya dan hasilnya kita tahu sangat spektakuler dan akui oleh tokoh-tokoh besar dunia sehingga menempatkan nabi muhamad saw dalam posisi pertama sebagai orang yang paling terpopuler di dunia.
Salah satu penunjang keberhasilan dari pendidikan adalah karena hubungan antara pendidik dan peserta didik terjalin secara baik, tidak ada prasangka negative dari kedua belah pihak serta saling mendukung dalam menjalankan tugas masing-masing. Sebaiknya kondisi ini dilakukan oleh seorang pendidik yang memiliki peranan penting dan kekuasaan lebih banyak dalam proses belajar, sebab seorang peserta didik akan mengikuti sesuai dengan yang diinginkan oleh gurunya. Tapi apapun yang dilakukan siswa harus diusahakan atas dasar keinginan dan kesadaran dari dalam hati siswa itu sendiri, agar apapun yang dilakukannya menjadi bermakna dan menjadi suatu pelajaran yang sangat penting bagi siswa.
Penilaian sertifikasi kompetensi guru yang sudah dan sedang dijalankan saat ini seharusnya juga melampirkan penilaian anak didik kepada pendidiknya, sebab keberhasilan pendidikan ini sangat ditunjang oleh hubungan yang sangat baik antara kedua komponen tersebut. Jika anak didik memberikan penilaian yang baik terhadap seorang pendidik, maka itu menunjukan bahwa hubungan antar kedua terjalin dengan baik, dan ini akan memberikan imbas yang positif bagi ketercapaian tujuan pendidikan.
Semoga para pendidik yang ada di negara ini bisa menjadi suri tauladan yang baik bagi anak didiknya, agar apa yang dicita-citakan oleh semua pihak yang menyangkut pendidikan bisa tercapai dengan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan, agar negara kita ini lebih maju dan bermartabat.

Penulis : Agus Nana Nuryana, S.Pd.
Stap Pengajar Mata Pelajaran Matematika pada MTs Negeri Karangnunggal Tasikmalaya.